Klinik Gratis di Pedesaan Suriah Hidupkan Harapan Warga Idlib yang Pulang dari Pengungsian
Di tengah keterbatasan dan sulitnya akses kesehatan, sejumlah dokter di desa Al-Deir Al-Gharbi, pedesaan timur Idlib, Suriah, mengambil langkah berani. Mereka kembali ke kampung halaman dan membuka klinik medis gratis untuk membantu masyarakat yang selama bertahun-tahun hidup tanpa layanan kesehatan memadai.
Klinik ini beroperasi dengan tim kecil namun memiliki peran vital. Seorang dokter kandungan, seorang dokter penyakit dalam, seorang apoteker, dan seorang perawat bekerja sama memberikan layanan dasar kepada penduduk desa. Kehadiran mereka menjadi secercah harapan di tengah kondisi yang serba terbatas.
Menurut Dr. Liwa Al-Khattab, kendala terbesar yang dihadapi adalah minimnya obat-obatan dan peralatan medis. Banyak pasien, terutama ibu hamil, membutuhkan pemeriksaan dengan mesin USG. Sayangnya, peralatan tersebut tidak tersedia sehingga pasien harus dirujuk ke fasilitas kesehatan jauh dari desa.
Situasi ini kerap membuat pasien merasa terbebani secara finansial maupun emosional. Perjalanan panjang, biaya transportasi, serta biaya pemeriksaan di luar desa menjadi tantangan tambahan di tengah kondisi ekonomi yang serba sulit.
Meski begitu, para dokter tetap berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik yang bisa mereka lakukan. Dr. Khaled Al-Kana’an menjelaskan bahwa klinik menyediakan pemeriksaan fisik, konsultasi medis, serta pemantauan pasien dengan penyakit kronis dan ibu hamil. Semua layanan diberikan tanpa biaya.
Namun, keterbatasan obat-obatan sering membuat tenaga medis berada dalam dilema. Mereka bisa memberikan diagnosis dan saran, tetapi tidak selalu mampu menyediakan obat yang dibutuhkan pasien. Kondisi ini menuntut kreativitas dan kesabaran dari para dokter maupun pasien.
Salah seorang warga, Umm Ibrahim, menyampaikan rasa terima kasih atas keberadaan klinik ini. Menurutnya, keberadaan dokter di desa memberi rasa aman karena ia bisa mendapatkan konsultasi medis tanpa harus menempuh perjalanan jauh.
Meski demikian, Umm Ibrahim juga menegaskan bahwa harga obat-obatan tetap menjadi persoalan utama. Banyak keluarga tidak mampu membeli obat di apotek luar desa karena harganya sangat tinggi. Hal ini membuat pengobatan tidak tuntas meskipun konsultasi sudah dilakukan.
Di wilayah Idlib selatan dan timur, krisis layanan kesehatan memang sudah berlangsung lama. Perang berkepanjangan membuat banyak fasilitas medis hancur, tenaga kesehatan meninggalkan daerah, dan stok obat menjadi langka.
Banyak pengungsi sebenarnya ingin kembali ke desa mereka, namun keterbatasan layanan kesehatan membuat mereka ragu. Sebab, kesehatan adalah kebutuhan mendasar yang tidak bisa ditunda, terutama bagi ibu hamil, anak-anak, dan penderita penyakit kronis.
Inisiatif dokter yang kembali ke Al-Deir Al-Gharbi ini dinilai sebagai langkah mulia. Meski kecil, klinik ini memberikan sinyal bahwa kebangkitan bisa dimulai dari kepedulian lokal. Masyarakat merasakan bahwa masih ada pihak yang peduli dengan penderitaan mereka.
Tidak hanya itu, klinik gratis ini juga menjadi simbol harapan. Bahwa meski tanpa dukungan besar, semangat gotong royong dan dedikasi profesi bisa menghadirkan perubahan nyata.
Para dokter menegaskan, mereka tidak mengharapkan imbalan finansial. Kepuasan terbesar adalah melihat warga tersenyum karena bisa mendapat layanan kesehatan yang layak. Bagi mereka, itu adalah bagian dari tanggung jawab moral.
Namun, mereka juga berharap ada dukungan lebih luas dari organisasi kemanusiaan internasional. Bantuan berupa peralatan medis dasar dan obat-obatan akan sangat membantu kelangsungan layanan.
Jika dukungan datang, kapasitas klinik akan meningkat dan jangkauan pelayanan bisa diperluas. Hal ini penting mengingat jumlah pasien yang terus bertambah setiap hari.
Selain itu, keberadaan klinik ini juga mendorong solidaritas sosial di desa. Warga setempat ikut mendukung dengan cara sederhana, seperti membantu menjaga kebersihan fasilitas atau membantu keluarga pasien yang datang dari jauh.
Klinik gratis ini juga menjadi contoh nyata bagi daerah lain yang menghadapi masalah serupa. Bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk memulai sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat.
Kondisi di Idlib memang masih penuh ketidakpastian, tetapi inisiatif lokal seperti ini bisa menjadi pondasi pemulihan sosial di masa depan. Layanan dasar seperti kesehatan tidak hanya soal fisik, tetapi juga memulihkan kepercayaan dan rasa memiliki di tengah masyarakat.
Keberadaan klinik Al-Deir Al-Gharbi menjadi kisah inspiratif di tengah konflik Suriah yang belum usai. Ia menunjukkan bahwa harapan bisa tumbuh di tempat paling sederhana, asalkan ada kepedulian dan kemauan untuk berbagi.
Bagi banyak warga, klinik ini bukan sekadar tempat berobat, melainkan simbol bahwa kehidupan masih bisa berjalan dengan martabat meski dalam keterbatasan. Sebuah cahaya kecil yang terus berusaha menerangi kegelapan panjang di Idlib.


Post a Comment