Header Ads

Berbagai Negara Ramai Timbun Pangan Cegah Dampak Paling Buruk Perang Rusia-Ukraina

Berbagai negara dilaporkan mulai melakukan penimbungan bahan pangan khususnya gandum akibat invasi Rusia ke Ukraina.

Baik Rusia dan Ukraina merupakan penghasil gandum terbesar di dunia dengan total produksi 30 persen kebutuhab dunia.

Rusia masih mengulur perang di Ukraina dan belum mengeluarkan kekuatan utamanya.

Sementara itu, NATO juga kelihatannya masih menjauh dari keterlibatan dari konflik untuk mencegah terjadinya perang nuklir.

Baik NATO termasuk AS dkk telah mempunyai kesepakatan tak tertulis dengan Rusia untuk tidak menggunakan senjata nuklir.

AS sediri telah membuka jalur telepon merah untuk melakukan koordinasi degan Kremlin. Hal ini pernah terjadi di perang dingin khususnya Afghanistan.

Meski AS dan Uni Soviet terlibat dalam peperangan di Afghanistan pada era Perang Dingin tapi keduanya menahan diri dalam menggunakan senjata nuklir selama 10 tahun perang.

Meski begitu, baik NATO dan Rusia sudah terlibat konflik di Ukraina namun dalam skala kecil dan tidak secara langsung.

Perang ekonomi akan memanas dalam waktu dekat sehingga banyak negara memilih untuk melakukan penambahan pada stok pangan mereka sebelum terjadi fluktuasi harga.

Negara CSTO yang menjadi sekutu Rusia merupakan yang pertama terdampak secara ekonomi akibat turunnya nilai mata uang Rusia.

Ukbekistan, Kazakhstan dan Tajikistan serta Kyrgyzstan telah mengambil sejumlah langkah awal untuk mencegah kemungkinan terburuk.

Negara di Timur Tengah yang bergantung dengan pangan Ukraina dan Rusia mukai memenuhi gudang-gudang logistik mereka untuk menghindari kelangkaan di masa mendatang.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.